MAKNA UJIAN DALAM KEHIDUPAN
Bismillahirrahmanirrahim….
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh……
Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan nikmat kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam, dan
menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi manusia.
Dan bersyukurlah atas nikmat Allah seandainya kepada-Nya lah engkau beribadah
dan supaya engkau beruntung. Ya Allah, semoga doa, keselamatan dan keberkahan
tercurah pada pemimpin para utusan, dan juga kepada keluarga dan sahabat
sekalian.
Dikisahkan ada seorang pengusaha kaya yang
tampak bahagia. Uang bukan masalah baginya. Usahanya maju, dia jarang rugi,
hampir semua bisnisnya mendatangkan keuntungan berlipat. Seakan-akan, uang itu
mengejar-ngejar dirinya. Dia pun memiliki istri yang cantik, anak-anak yang
sehat dan lucu. Akan tetapi, di balik kesuksesannya itu ada banyak perilaku
buruk yang dia lakukan. Pengusaha ini gemar melakukan maksiat dan perbuatan
dosa lainnya. Sampai suatu ketika, dia mengalami sebuah peristiwa yang mengubah
hidupnya. Anaknya yang berusia tiga tahun meninggal dunia karena kecelakaan
yang disebabkan keteledoran dirinya. Peristiwa itu membawa perubahan dalam
dirinya. Dia bertobat dan bertekad untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk
yang biasa dia lakukan. Dia pun mulai belajar melakukan shalat, pergi ke
masjid, melaksanakan puasa Ramadhan, dan sebagainya.
Di tengah upaya perbaikan diri itulah, krisis
moneter yang menghantam telah membawa perubahan drastis dalam bisnisnya.
Perlahan, tetapi pasti, dia mengalami kebangkrutan. Satu per satu perusahaan
miliknya gulung tikar dan berpindah tangan. Utangnya membengkak sehingga
tabungan dan depositonya di bank serta properti dan kendaraannya habis untuk
menutupi utang-utangnya itu. Jika sebelumnya kata “gagal” dan “rugi” seakan
menjauh darinya, sekarang kedua kata itu seakan lekat dengannya. Jika
sebelumnya gelimang rupiah demikian mudah dia dapatkan, sekarang uang recehan
pun seakan enggan mendekat kepadanya.
Telah berkali-kali, dia mencoba bangkit,
merintis kembali bisnisnya, tetapi berkali-kali pula dia gagal. Tumpukan emosi
negatif seakan tumpah ruah di otaknya. Dalam kesulitan hidup yang mengimpit
tersebut, dia mempertanyakan keadilan Tuhan. Saat tenggelam dalam kemaksiatan,
begitu mudahnya rezeki didapat, tetapi setelah meninggalkan kemaksiatan, rezeki
pun ikut meninggalkan dirinya.
“Apakah
ada yang salah? Ke mana doa-doa yang selama ini dia panjatkan? Apakah Tuhan
tidak mendengar atau tidak sudi mengabulkan doaku? Bukankah Tuhan itu Maha
Pengasih dan Penyayang serta akan mengabulkan doa-doa dari setiap hamba-Nya?” Begitu
keluhnya.
Memang, di tengah kesulitan itu, kuantitas
ibadah semakin berlipat-lipat. Namun, itu semua seakan belum cukup untuk
mengembalikannya pada “kehidupan normal”. Berkali-kali, dia mendatangi Ustadz
dan Kyai untuk meminta doa dan nasihat. Saat diberi doa atau amalan tertentu,
dia akan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Namun, lagi-lagi semuanya
berakhir dengan kekecewaan. Dia pun mulai meragukan para Kyai dan Ustadz
tersebut yang katanya hanya pandai berteori. Mana buktinya?
Di ambang keputusasaan, pertolongan Allah pun
datang melalui salah seorang kenalannya. Namun, dia membawa nasihat yang mampu
mengubah paradigma berpikir mantan pengusaha kaya ini. Tidak banyak dalil yang
dia ungkapkan. Dia hanya memberikan analogi dan perlambang saja.
Katanya, “Seseorang tidak bisa mengisi botol
penuh kecap dengan air putih, sebelum kecapnya dibuang terlebih dahulu. Baru
setelah itu, kita bisa memasukkan air putih. Itu pun masih ada sisa-sisa kecap
yang belum terbuang sehingga air yang kita masukkan masih akan bercampur dan
berwarna hitam. Air itu harus dibuang lagi sehingga botol benar-benar bersih
dari kecap. Baru setelah itu, air yang kita masukkan benar-benar bening karena
tidak tercampur lagi dengan kecap.
Analoginya, kecap itu adalah harta yang kita
miliki dan air putih itu adalah doa dan amal ibadah yang kita lakukan. Antara
maksiat dan kebaikan tidak akan mungkin bisa bersatu. Karena itu, ketika
seseorang ingin menyucikan dirinya, semua kotoran yang ada dalam diri dan harta
harus dibuang dan dibersihkan.
Ada banyak skenario Allah SWT untuk
‘membersihkan’ harta seseorang sehingga harta kotor yang dimilikinya
benar-benar terkuras, mungkin dibangkrutkan usahanya, kena tipu, dan sebagainya.
Andaipun semuanya sudah terkuras, boleh jadi masih ada kotoran yang masih
tersisa dalam diri dan harta. Allah SWT akan meinbersihkannya dengan penyakit,
musibah, atau lainnya, sembari dia menahan rezeki dari orang itu. Nah, ketika
dia sudah benar-benar bersih, Allah SWT akan membukakan jalan rezeki yang halal
kepadanya.
Nasihat ini mampu menjawab pertanyaannya
selama ini tentang keadilan Tuhan, tentang ijabah doa, tentang makna
pertobatannya. Allah Ta’ala mengambil sebagian besar kekaya-annya bukan karena
Allah benci, melainkan Allah amat sayang dan cinta kepada hamba-hamba-Nya yang
bertobat. Sebelum Allah SWT menuangkan limpahan rahmat dan ampunan-Nya, dia
akan membersihkan orang tersebut dari telaga kemaksiatan yang masih hinggap
dalam diri dan hartanya.
Beberapa tahun berlalu, mantan pengusaha kaya
ini sudah berada kembali di jalur kesuksesan bisnisnya. Walau belum sesukses
dahulu, tanda-tanda ke arah itu sudah mulai terlihat di hadapannya. Ibaratnya,
dia tengah mengisi botol nasibnya dengan air putih keberhasilan setelah dia
menumpahkan hitamnya air kemaksiatan. Rentetan kegagalan dalam bisnis telah
membawa perubahan positif dalam diri pengusaha ini walau sebelumnya dia nyaris
jatuh pada keputusasaan. Filosofi botol kecap yang disampaikan temannya telah
membuka sudut pandang baru terhadap makna ujian dan makna hidup yang
sebenarnya. Wallahu a’lam bisshawab….
Semoga
Allah SWT menggolongkan kita sebagai golongan orang-orang senantiasa sabar bila
mendapatkan ujian ataupun cobaan dari Allah SWT….
Wassalaamu' alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
No comments:
Post a Comment