KISAH
PENJUAL BAKSO TELADAN
Bismillahirrahmanirrahim….
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh……
Segala
puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan
petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan
keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan
ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi
petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan
tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat
petunjuk hingga hari kiamat.
Alhamdulilah Puji Syukur Kepada Allah
SWT yang memberikan kita Nikmad dan Karunianya sehingga kita masih diberikan
kesempatan untuk berjumpa kembali dalam acara Kultum Ramadhan Riau Televisi.
Semoga kegiatan kita ini dicatat oleh Allah SWT dan menjadi amal ibadah kita.
AMin….
Pada pertemuan kali ini, saya akan
mengisahkan tentang seorang penjual bakso yang teladan. Mudah-mudahan kisah
yang akan saya sampaikan ini akan memberikan hikmah dan pencerahan bagi kita
semua…
Dikisahkan pada suatu sore, seorang pemuda
sedang mengurus tanaman di depan rumahnya, sambil memperhatikan beberapa anak
asuhnya yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik-rintik
pun menyertai di sore tersebut.
Di kala tangan si Pemuda sedikit berlumuran tanah
kotor, terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil
menyeka keringat…, pemuda tersebut menghentikan tukang bakso yang lewat itu dan
memesan beberapa mangkok bakso untuknya serta untuk anak-anak asuhnya. Selesai
makan bakso, lalu pemuda tersebut membayarnya kepada tukang bakso..
Ada satu hal yang menggelitik fikiran si
Pemuda disaat pemuda tersebut membayar bakso tersebut. Si tukang bakso
memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke
dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam celengan.
Lalu pemuda tersebut bertanya atas rasa
penasaran kepada si tukang bakso...
“Mang
kalo boleh tahu, kenapa uang-uang itu pisahkan? Barangkali ada tujuan?” kata si
pemuda….
“Iya
pak, memang sengaja saya memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang
sudah berlangsung hampir 17 tahun, jawab si tukang bakso.
Tujuannya
sederhana saja.. hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak saya, mana yang
menjadi hak orang lain/amal ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-cita
penyempurnaan iman seorang muslim”. Ucap si tukang bakso kepada si pemuda.
“Maksudnya…?”, pemuda tersebut melanjutkan pertanyaannya.
Dengan
lembut dan penuh senyum si tukang bakso menjawab kembali pertanyaan dari si
pemuda…
“Iya
Pak.. kan agama dan islam menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama.
Sengaja saya membagi 3 tempat, dengan pembagian sebagai berikut : Uang yang
masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari untuk
keluarga…
Kemudian uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah,
atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun
menjadi tukang bakso saya selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya
yang ukuran sedang saja….
Selanjutnya uang yang masuk ke celengan, karena saya ingin
menyempurnakan agama yang saya pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada
umatnya yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh
biaya yang besar, Maka kami sepakat dengan istri bahwa di setiap penghasilan
harian hasil jualan bakso ini kami harus menyisihkan sebagian penghasilan
sebagai tabungan haji.. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2
tahun lagi saya dan istri akan melaksanakan ibadah haji.” Jawab si tukang bakso dengan mantap…
Subhanallah
ucap si Pemuda…
Hati si pemuda teramat sangat tersentuh
mendengar jawaban dari si tukang bakso.
Terus
pemuda tersebut melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut :
Begini Mang…Ibadah haji tersebut kan hanya
diwajibkan bagi yang mampu, dan termasuk memiliki kemampuan dalam biaya…? Kata
si Pemuda.
Si tukang bakso pun menjawab..
“Itulah sebabnya Pak, justru kami malu kepada
Allah kalau bicara soal Rezeki karena kami sudah diberi Rezeki. Semua orang
pasti mampu kok kalau memang ada niat..?
Menurut saya kata si tukang bakso…Definisi
“mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk
mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang
tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu.
Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah
dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada
kita.”
“Masya Allah… sebuah jawaban yang mulia dari
seorang tukang bakso”.
Dalam
hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, bahwa :
“Sesungguhnya
Allah berfirman: Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku dan Aku akan senantiasa
menyertainya apabila berdoa kepada-Ku” (HR. Bukhari Muslim)
Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat
mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si
tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam
hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum
ada rejeki.
Semoga cerita ini menjadi
bahan renungan dan bahan inspirasi bagi kita semua untuk selalu bersyukur atas
rezeki dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dan memberikan motivasi
kepada kita untuk terus berusaha dan meyakini bahwa Allah SWT akan memberikan
jalan-Nya kepada setiap manusia yang senantiasa berusaha menggapai sesuatu di
jalan Allah… Wallahu a’lam bisshawab….
No comments:
Post a Comment