PELAJARAN BERHARGA
DARI BOCAH MISTERIUS
Bismillahirrahmanirrahim….
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh……
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat
kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam, dan menjadikan Ramadhan
sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi umat manusia….
Ya Allah… Semoga doa, keselamatan dan keberkahan tercurah
pada pemimpin para utusan, dan juga kepada keluarga dan sahabat sekalian…
Pada
bahasan ini, saya akan memaparkan sebuah kisah tentang seorang bocah misterius
yang memberikan pelajaran yang sangat berharga serta bahan renungan bagi kita
semua…..Subhanallah….
Suatu
hari di suatu kampung, ada seorang Bocah yang menjadi pembicaraan dikampung
tersebut. Sudah tiga hari ini bocah tersebut mondar-mandir keliling kampung. Ia
menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan
orang-orang tua. Perbuatan yang dilakukan bocah tersebut dirasakan sangat
menyebalkan bagi orang-orang di kampung itu. Bocah tersebut menggoda dengan
berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang
tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap
dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.
Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan Ramadhan! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan Ramadhan! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.
Orang-orang
dikampung itu tidak berani melarang bocah kecil tersebut yang selalu
menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana nikmatnya ia mencicipi es kelapa
dan roti isi daging. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian
dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan
mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan, sehingga
membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Kemudian ada seorang pemuda
dikampung tersebut yang mencoba untuk menghentikan ulah si bocah yang dirasakan
sudah mengganggu warga kampung dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Menurut
informasi dari orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, bocah
tersebut akan muncul secara misterius. Bocah tersebut akan muncul dengan
pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es
kelapa dan roti isi daging yang sama juga. Tidak lama pemuda tersebut menunggu,
bocah yang ditunggunya pun datang. Bocah tersebut menari-nari sambil menyeruput
es kelapa yang dibawanya.
Tingkah
bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu
juga. Pemuda tersebut pun lalu menegurnya. Bukannya takut, bocah tersebut malah
mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.
Setelah
pemuda tersebut menegur si bocah kecil, kemudian si bocah kecil tersebutpun
berucap kepada si pemuda.
"Ada apa Tuan melarang saya
meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan
saya?"
Pemuda
tersebutpun menjawab…
"Maaf ya…itu karena kamu
melakukannya dibulan puasa," jawab si Pemuda dengan halus. "apalagi
kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan
lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu.."
Kemudian
bocah tersebut kembali berucap…
"Itu kan yang kalian lakukan
juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini
ketimbang saya..?!
Kalian selalu mempertontonkan
kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar
bulan Ramadhan?
Bukankah kalian yang lebih sering
melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan
melupakan kami?
Bukankah kalian juga yang selalu
tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?
Bukankah juga di bulan Ramadhan ini
hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus?
Ketika bedug maghrib bertalu, ketika
azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?"
Bocah itu terus saja berbicara tanpa
memberi kesempatan pada si Pemuda untuk menyela.
Tiba-tiba suara bocah itu berubah.
Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat" menusuk,
kini ia bersuara lirih, mengiba.
"Ketahuilah
Tuan..,
Kami ini berpuasa tanpa ujung, kami
senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada
makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang
saja.
Dan
ketahuilah juga…
Justru Tuan dan orang-orang di
sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar
biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?
Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang
luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya
dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?
Tuan…
Sebelas bulan kalian semua tertawa
di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang
seadanya pula.
Tuan…
Kalianlah yang melupakan kami,
kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di
bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga
terhadap orang-orang kecil seperti kami…!
Tuan….
Sadarkah Tuan akan ketidak abadian
harta…..
Lalu
kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?
Tuan….
Sadarkah apa yang terjadi bila Tuan
dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang
semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling
Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat..
Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?
Tuan…Jangan merasa aman lantaran
kaki masih menginjak bumi.
Tuan….Jangan merasa perut kan tetap
kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun, jangan pernah merasa
matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak…."
Mendengar
ucapan yang terlontar dari mulut si Bocah, membuat si Pemuda termangu tanpa
bisa berkata apa-apa. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah
kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah
tersebut adalah benar adanya. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu,
bocah itu pergi begitu saja meninggalkan si Pemuda yang dibuatnya terbengong-bengong.
Bocah
tersebut memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang
yang seharusnya kita ingat. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang
kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi
juga memberikan kita pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada
diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda
orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan
kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan
terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya
sedang membungkuk menahan lapar.
Semoga kita memperoleh kemenangan dalam berpuasa…Kemenangan dalam pengendalian diri dan mencapai kesabaran…Menjadikan karakter kita jadi lebih tangguh, berakhlak mulia…Itulah Kemenangan hakiki dalam berpuasa…
Wassalaamu' alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
No comments:
Post a Comment