Sunday, 11 December 2016

Kultum : Kisah Hikmah



PELAJARAN BERHARGA DARI BOCAH MISTERIUS


Bismillahirrahmanirrahim….
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh……

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam, dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi umat manusia….

Ya Allah… Semoga doa, keselamatan dan keberkahan tercurah pada pemimpin para utusan, dan juga kepada keluarga dan sahabat sekalian…


Pada bahasan ini, saya akan memaparkan sebuah kisah tentang seorang bocah misterius yang memberikan pelajaran yang sangat berharga serta bahan renungan bagi kita semua…..Subhanallah….

Suatu hari di suatu kampung, ada seorang Bocah yang menjadi pembicaraan dikampung tersebut. Sudah tiga hari ini bocah tersebut mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Perbuatan yang dilakukan bocah tersebut dirasakan sangat menyebalkan bagi orang-orang di kampung itu. Bocah tersebut menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan Ramadhan! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan Ramadhan! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Orang-orang dikampung itu tidak berani melarang bocah kecil tersebut yang selalu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan, sehingga membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Kemudian ada seorang pemuda dikampung tersebut yang mencoba untuk menghentikan ulah si bocah yang dirasakan sudah mengganggu warga kampung dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Menurut informasi dari orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, bocah tersebut akan muncul secara misterius. Bocah tersebut akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga. Tidak lama pemuda tersebut menunggu, bocah yang ditunggunya pun datang. Bocah tersebut menari-nari sambil menyeruput es kelapa yang dibawanya.

Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Pemuda tersebut pun lalu menegurnya. Bukannya takut, bocah tersebut malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.

Setelah pemuda tersebut menegur si bocah kecil, kemudian si bocah kecil tersebutpun berucap kepada si pemuda.
"Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?"

Pemuda tersebutpun menjawab…
"Maaf ya…itu karena kamu melakukannya dibulan puasa," jawab si Pemuda dengan halus. "apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu.."

Kemudian bocah tersebut kembali berucap…
"Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?!

Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan Ramadhan?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?

Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?

Bukankah juga di bulan Ramadhan ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus?

Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?"

Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada si Pemuda untuk menyela. 


Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

"Ketahuilah Tuan..,
Kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja. 

Dan ketahuilah juga…
Justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Tuan…
Sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula.

Tuan…
Kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…!

Tuan….
Sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta…..
Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?

Tuan….
Sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?

Tuan…Jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. 
Tuan….Jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak…."

Mendengar ucapan yang terlontar dari mulut si Bocah, membuat si Pemuda termangu tanpa bisa berkata apa-apa. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan si Pemuda yang dibuatnya terbengong-bengong.

Bocah tersebut memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan kita pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar. 

Semoga kita memperoleh kemenangan dalam berpuasa…Kemenangan dalam pengendalian diri dan mencapai kesabaran…Menjadikan karakter kita jadi lebih tangguh, berakhlak mulia…Itulah Kemenangan hakiki dalam berpuasa…

Wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

No comments:

Post a Comment