IKHLAS DALAM BERAMAL
Bismillahirrahmanirrahim….
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh……
Allah SWT berfirman
dalam Surah Al-An’am ayat 162-163 :
Artinya : Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu
bagi-Nya, dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al-An’am :
162-163)
Telah kita ketahui
bersama bahwa syarat diterimanya amal adalah benar dan ikhlas. Benar mencontoh
Rasulullah, ikhlas ditujukan
semata untuk mencari keridhaan Allah. Kedua syarat itu tentunya mesti
mengiringi setiap amal yang kita lakukan agar kita layak memperoleh surga Allah
nanti di yaumil akhir.
Berbicara tentang
ikhlas ada tiga ciri keikhlasan yang perlu kita tahu. Pertama memiliki perasaan sama bila dipuji atau dicela. Tidak
bangga atau gembira ketika dipuji dan tidak jengkel atau marah ketika dicela. Kedua tidak merasa berjasa atau
berprestasi dengan amalnya. Ketiga mengharapkan
pahala amal itu di akhirat, tidak di dunia.
Allah SWT berfirman
dalam Surah Huud ayat 51:
Artinya : ....sesungguhnya upah kami adalah dari Allah
yang menciptakan kami…” (QS. Huud : 51).
Berikut ini
sejumlah ilustrasi yang mungkin dapat memantapkan azam kita untuk selalu ikhlas
dalam beramal, yakni :
Kisah Pertama.
Seorang Arab Badui (tidak disebut namanya), datang kepada Rasulullah SAW kemudian
beriman mengikuti Rasul dan meminta untuk ikut hijrah sampai akhirnya ikut
Perang Khaibar. Pada saat pembagian Ghanimah (harta yang diambil alih kaum
muslimin dari musuh) dia berkomentar “apa ini”? sahabat menjawab “jatah kamu
yang telah disiapkan Rasulullah”, “aku ikut kamu ya Rasul bukan karena ini,
tapi aku ingin leherku tertusuk anak panah, aku mati dan aku masuk surga”.
Kemudian terjadi perang lagi dan sahabat Arab Badui ini ikut berperang dan
terbunuh, lehernya terkena anak panah. Pada saat itu jasadnya dibawa kepada
Rasulullah. Rasul menyolatkannya dan berdoa “ya Allah ini seorang hambamu
keluar berhijrah di jalanmu kemudian terbunuh mati syahid dan aku menjadi saksi
baginya.
Selanjutnya kisah Kedua yakni kisah populer yang disebut
Shahibun Naqab (Orang yang Bercadar), tentang seorang prajurit di waktu
peperangan di masa Umayyah yang dipimpin Maslamah bin Abdul Malik. Ketika terjadi pengepungan sebuah
benteng musuh tak ada satupun sahabat yang berhasil membuka benteng itu. Dalam
kesempatan itulah prajurit ini masuk dengan melubangi tembok benteng (maka
disebut naqab artinya lubang). Lewat lubang yang dia buat itulah tentara Islam
bisa mengalahkan musuh. Sehabis peperangan Maslamah meminta agar tentara yang melubangi
tembok melapor padanya. Setelah sekian lama tidak ada yang melapor, akhirnya
datanglah seorang bertopeng menemui Maslamah. “Aku akan beritahu siapa tentara
yang melubangi benteng itu, dengan syarat: pertama, jangan tanya siapa namanya,
kedua jangan dicatat dalam sejarah, ketiga jangan diberi imbalan apapun.”
Kemudian Maslamah menyanggupi. Lalu orang bertopeng itu memberitahu bahwa
dialah orangnya dan segera setelah itu dia pergi meninggalkan Maslamah.
Keinginan kita untuk senantiasa ikhlas
hendaknya jangan menjadi penghalang kita untuk menjadi gamang atau takut
beramal. Ulama memberikan batasan: “meninggalkan
amal karena manusia itu Riya, karena takut dilihat orang kemudian tidak mau beramal
itu juga Riya, sementara beramal untuk manusia itu syirik, dan ikhlas terlepas
dari keduanya.” Artinya janganlah karena takut Riya kemudian kita enggan
beramal. Semestinya terus perbanyak amal tanpa perduli dilihat atau tidak
dilihat manusia namun berusahalah untuk tidak terjatuh pada Riya.
“Sesungguhnya
amal seseorang bergantung pada niat, dan dia akan memperoleh apa yang dia
niatkan…” (Hadits
Pertama Arbain An Nawawiyah).
Semoga kita menjadi pribadi yang
ikhlas karena Allah SWT. Dan semoga keberkahan dari Allah SWT selalu
menghampiri kita…Amin Ya Rabbal Alamin….
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh………
No comments:
Post a Comment